Kalender Tahun 1435 Hijriyah
Kalender Tahun 2014 Masehi
Jenis File : PNG
Resolusi : 300 dpi,
Ukuran : A4 dan A3
Download :
- Kalender-1435-2014-PDF.rar
- Kalender-1435-2014-PNG-A4.rar
- Kalender-1435-2014-PNG-A3-A4-150dpi.rar
Semoga bermanfaat, maaf bila ada kesalahan.
Wednesday, January 8, 2014
Thursday, January 2, 2014
MENYIMAK NASEHAT ULAMA DI AKHIR TAHUN
Dr Shalih bin Fauzan Al
Fauzan
Segala puji bagi Allah yang
telah menetapkan sifat fana bagi dunia ini dan mengabarkan bahwa akhirat adalah
negeri abadi, dengan kematian dia membinasakan usia yang panjang.
Saya memuji-Nya atas
segenap nikmat-Nya yang tercurah dan saya bersaksi bahwa tidak ada yang berhak
diibadahi selain Allah semata, Dzat Yang Menundukkan segala sesuatu. Dan saya
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Dia telah memperingatkan
dari condong kepada negeri ini, shalawat serta salam semoga tercurah kepada
beliau dan keluarganya beserta para shahabatnya yang taat dan suci sepanjang
siang dan malam.
Wahai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Allah dan pikirkanlah dunia kalian dan betapa cepat dia
berlalu. Bersiap-siaplah menyambut akhirat dan kengeriannya. Setiap bulan yang
menghampiri seseorang semakin menyeret dia mendekati ajal dan akhiratnya.
Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya lagi baik amalannya, dan
sejelek-jelek kalian adalah yang panjang umurnya lagi buruk amalannya.
Tidak ada selain apakah
seseorang diberi pahala atas ketaatan dan kebaikannya atau diganjar dengan dosa
atas kejelekan dan kemaksiatannya, kecuali apabila dikatakan fulan telah wafat.
Alangkah dekatnya kehidupan dengan kematian. Dan segala yang akan datang pasti
datang. Dan kalian sekarang akan meninggalkan tahun yang telah usai dan usia
kalian pun semakin berkurang dan akan menyambut tahun yang kalian tidak tahu
apakah kalian akan menyelesaikannya ataukah tidak?! Maka hisablah diri-diri
kalian apa yang telah kita perbuat pada tahun yang lalu? Apabila kebaikan,
bersyukurlah kepada Allah dan sambunglah kebaikan itu dengan kebaikan.
Sedangkan apabila buruk, bertaubatlah kepada Allah darinya dan isi sisa-sisa
usia kita (dengan kebaikan) sebelum luput darinya.
Berkata Maimun bin Mihran,
“Tidak ada kebaikan dalam kehidupan kecuali bagi orang yang bertaubat atau
seseorang yang beramal shalih mencari derajat yang tinggi.” Yakni orang yang
bertaubat, kesalahan-kesalahannya gugur disebabkan taubatnya dan orang yang
beramal shalih bersungguh-sungguh dalam menggapai derajat yang tinggi dan
selain mereka merugi.
Sebagaimana firman Allah
Ta’ala, “Demi masa, sesungguhnya manusia
benar-benar berada di dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih dan saling nasihat menasihati di dalam kebenaran dan
saling nasihat menasihati di dalam kesabaran.”
Pada ayat ini Allah
bersumpah dengan waktu yang merupakan zaman dimana manusia tinggal, bahwa
setiap manusia berada di dalam kerugian. Kecuali mereka yang memiliki 4 sifat
yang disebutkan; iman, amal shalih, saling nasihat-menasihati di dalam
kebenaran dan saling nasihat menasihati di dalam kesabaran di atas kebenaran.
Surat yang agung ini merupakan
tolok ukur amal perbuatan, dengannya seorang mukmin menimbang dirinya sehingga
jelaslah baginya apakah dia termasuk golongan yang beruntung atau merugi. Oleh
karena itu Al Imam Asy-Syafi’i berkata, “Seandainya setiap orang mentadabburi surat ini pastilah cukup
baginya.” Dan sebagian ulama berkata, “Dahulu orang-orang yang shiddiq merasa
malu kepada Allah apabila di hari itu (kualitas) amalannya seperti kemarin
hari.” Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak rela hari berganti kecuali amalan
kebajikannya bertambah. Dan mereka malu apabila tidak ada kebajikan yang
bertambah dan mereka menganggap hal itu sebagai kerugian. Maka dengan bertambah
usia seorang mukmin bertambah pula kebaikannya. Barangsiapa kondisinya seperti
ini kehidupan lebih baik darinya daripada kematian. Dan pada doa Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Ya Allah jadikanlah kehidupan sebagai penambah
kebaikan bagiku dan (jadikanlah) kematian sebagai penghenti kejelekan dariku”.
HR Muslim.
Dan At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Abu Hurairah Rhadiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seseorang wafat kecuali dia menyesal,
apabila dia orang yang baik dia menyesal kenapa tidak lebih baik dan apabila
dia orang jahat dia menyesal kenapa dia tidak bertaubat.”
Dan ditampakkan orang-orang
yang telah wafat di dalam tidur, ia berkata, “Tidak ada pada kami yang lebih
banyak daripada penyesalan dan tidak ada pada kalian yang lebih banyak daripada
kelalaian.” Dan sebagian mereka melihat di dalam tidurnya, ia berkata, “Kami
menyesal atas suatu yang besar, kami mengetahui tapi kami tidak berbuat
sedangkan kalian berbuat tapi tidak mengetahui. Sungguh demi Allah sekali
tasbih atau dua kali atau satu rakaat atau dua rakaat yang terdapat di lembaran
(amalan kami) lebih kami cintai daripada dunia dan seisinya.”
Wahai hamba-hamba Allah,
sesungguhnya setiap amalan tergantung penutupannya. Barangsiapa berbuat baik
pada sisa umurnya akan diampuni kesalahannya yang telah lalu, dan barangsiapa
berbuat buruk pada sisa umurnya akan dihukum atas kesalahan yang telah lalu dan
kesalahan di sisa umurnya. Orang-orang yang telah wafat menyesal atas apa yang
telah luput dari berbagai kesenangan dunia yang fana. Apa yang telah berlalu
dari dunia walaupun pada masa yang lampau sungguh telah hilang kelezatannya dan
tinggal sisa-sisanya dan apabila kematian telah datang seolah-olah itu semua
tidak ada.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan
kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka
azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa
yang mereka selalu menikmatinya.” (QS. Asy-Syuara’: 205-207)
Dan pada Shahih Muslim dari
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda, “Allah mengangkat udzur
dari hambanya yang Dia panjangkan umurnya sampai enam puluh tahun.”
Dan di dalam Sunan
At-Tirmidzi, “Usia ummatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan
sedikir dari mereka yang melewati itu.” Wahai yang bergembira dengan
bertambahnya usia, sesungguhnya engkau bergembira atas berkurangnya usiamu.
Berkata sebagian ahli
hikmah, “Bagaimana bisa bergembira seseorang yang harinya membinasakan bulannya
dan bulannya membinasakan tahunnya dan tahunnya membinasakan umurnya. Bagaimana
bisa bergembira seseorang yang umurnya menggiringnya kepada ajalnya dan
kehidupannya menggiringnya kepada kematiannya.”
Akan didatangkan di hari
kiamat seseorang yang paling panjang umurnya di dunia dari golongan kelas atas
yang menelantarkan ketaatan kepada Allah dan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan,
kemudian dicelup di neraka sekali celup, kemudian dikatakan padanya, “Apa
engkau pernah merasakan kesenangan di dunia sekali saja? Apa pernah engkau
melalui kegembiraan di dunia sebentar saja? Maka ia berkata, “Sungguh tidak
pernah wahai Rabb! Lupa segala macam kenikmatan dunia pada awal dirasakan
padanya azab. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang diberikan pada mereka
kesempatan hidup kemudian mereka telantarkan dalam kelalaian dan kesenangan.
Dan diberikan pada mereka harta kemudian mereka hambur-hamburkan di jalan
syahwat-syahwat yang haram. Ketika mereka merasakan balasan mereka yang
pertama, mereka lupa setiap apa yang pernah mereka miliki di dunia dari waktu
dan harta dan semua apa yang pernah mereka rasakan dari kelezatan dan syahwat.
Merekalah orang-orang yang memusatkan akal-akalnya dan aktifitasnya serta
perhatiannya untuk dunia mereka dan mengikuti syahwat perut dan kemaluan mereka
dan meninggalkan kewajiban terhadap Rabb mereka dan melupakan akhirat mereka.
Hingga datang kepada mereka
kematian sehingga mereka keluar dari dunia dalam keadaan tercela, merugi dari
kebaikan-kebaikan, sehingga bersatulah pada mereka sakratulmaut dan ruginya
kematian. Maka mereka pun menyesal di saat penyesalan tidak lagi bermanfaat,
“dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam, dan pada hari itu ingatlah
manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan,
“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku
ini.” Maka, pada hari itu tiada seorangpun menyiksa seperti siksa-Nya, (QS. Al
Fajr: 25)
Maka pikirkanlah wahai
manusia sekalian! Dengan habisnya tahun habis pula umur seseorang dan
pikirkanlah, dengan berpindahnya tahun perpindahan ke negeri akhirat.
“Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah
negeri yang kekal. (Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak
akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa yang
mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam
keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya
tanpa hisab. (QS. Ghafir: 39-40)
Dikutip dari:
http://www.ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=411 Sumber : Sahab.net,
Oleh Dr Shalih bin Fauzan Al Fauzan Judul: Nasihat Penutup Tahun
SEBUAH RENUNGAN PERAYAAN TAHUN BARU
Al Ustadz Qomar ZA, Lc.
Anda ikut merayakan tahun baru, mengikuti siapa?
Perayaan tahun baru
ternyata bukan sesuatu yang baru, bahkan ternyata itu adalah budaya yang sangat
kuno, bebarapa umat melakukan. Perayaan itu, diantaranya adalah hari raya
Nairuz, dalam kitab al Qomus. Nairuz adalah hari pertama dalam setahun, dan itu
adalah awal tahun matahari.
Orang-orang Madinah dahulu
pernah merayakannya sebelum kedatangan Rasulullah. Bila diteliti ternyata
ternyata itu adalah hari raya terbesarnya orang Persia bangsa Majusi para penyembah
api, dikatakan dalam sebagian referensi bahwa pencetus pertamanya adalah salah
satu raja-raja mereka yaitu yang bernama Jamsyad.
Ketika Nabi datang ke
Madinah beliau mendapati mereka bersenang–senang merayakannya dengan berbagai
permainan, Nabi berkata: ‘Apa dua hari ini’, mereka menjawab, ‘Kami biasa
bermain-main padanya di masa jahiliyah’, maka Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا
يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْر
“Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian
dua hari itu dengan yang lebih baik dari keduanya yaitu hari raya Idul Adha dan
Idul Fitri. [Shahih, HR Abu Dawud disahihkan oleh asy syaikh al Albani]
Para pensyarah hadits
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua hari yang sebelumnya mereka rayakan
adalah hari Nairuz dan hari Muhrojan [Mir’atul mafatih]
Di samping
majusi, ternya orang-orang Yahudi juga punya kebiasaan merayakan awal tahun,
sebagian sumber menyebutkan bahwa perayaan awal tahun termasuk hari raya
Yahudi, mereka menyebutnya dengan Ra’su Haisya yang berarti hari raya di
penghujung bulan, kedudukan hari raya ini dalam pandangan mereka semacam kedudukan
hari raya Idul Adha bagi muslimin.
Lalu Nashrani mengikuti jejak Yahudi sehingga
mereka juga merayakan tahun baru. Dan mereka juga memiliki kayakinan-keyakinan
tertentu terkait dengan awal tahun ini. [Bida’ Hauliiyyah]
Tidak menutup kemungkinan masih ada umat-umat lain
yang juga merayakan awal tahun atau tahun baru, sebagaimana disebutkan beberapa
sumber. Yang jelas, siapa mereka?, tentu, bukan muslimin, bahkan Majusi
penyembah api nasrani penyemabah Yesus dan Yahudi penyembah Uzair.
Jadi siapa yang anda ikuti dalam perayaan tahun
baru ini?
Lebih dari itu, ternyata perayaan tahun baru ini
telah dihapus oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, bukankah anda ingat
hadits di atas?, Nabi menghapus perayaan Nairuz dan Muhrojan dan mengganti
dengan idul Fitri dan Adha.
Lalu, kenapa muslimin menghidup-hidupkan sesuatu
yang telah dimatikan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Kata Ibnu Taimiyyah,
Allah Subhanahuwata’ala mengganti (Abdala) konsekwensi dari kata Abdala
(menggati) adalah benar-benarnya terhapus hari raya yang dulu dan digantikan
dengan penggatinya, karena tidak bisa
berkumpul
antara yang menggati dan yang digantikan.
Tapi, kenyataannya justru tetap saja umat ini
merayakan tahun baru, melanggar sabda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, sungguh
benar berita kenabian Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam
« لَتَتَّبِعُنَّ
سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ
سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ » .قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ،
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ »
“Benar-benar kalian akan mengikuti jalan-jalan orang
yang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga
bila mereka masuk ke lubang binatang dhob (semacam biawak), maka kalian juga
akan memasukinya. Kami berkata: Wahai Rasulullah Yahudi dan nashrani? Beliau
berkata: Siapa lagi?.” [shahih, HR al Bukhori Muslim dan yang lain]
Kaum muslimin…
Belum lagi,
apa yang mereka lakukan dalam perayaan tahu baru? Bukankan berbagai kemungkaran
yang sangat bertolak belakan dengan ajaran agama. Kalau anda dari jenis orang
yang pobhi dengan ajaran agama, saya katakan, bukankah dalam acara itu banyak
terjadi hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan, abad, sopan santun,
kehormatan jiwa dan berbagai kemuliaan-kemualiaan yang lain.
Hampir semua atau semua yang terjadi adalah
kerendahan dan kehinaan martabat manusia apalagi martabat muslim. Tentu kita
semua, saya dan anda dan mereka, sebenarnya menyadari akan hal itu, lalu kapan
kita akan meninggalkannya, mengapa masih saja memeriahkan acara tersebut,
tidakkah kita kembali saja kepada kehormatan kita dan kemulian kita serta
tentunya ajaran agama kita.
Bersihkan dari bercak-bercak perayaan tahun baru,
joget, pentas musik yang identik dengan kerendahan moral, minuman-minuman keras
dan obat-obat terlarang, pembauran antara lawan jenis yang merusak moral,
sampai pada pesta hura-hura dengan pakaian minim, pamer aurat, pacaran dan
perzinaan, apakah kita menginkari terjadinya hal itu?
Berbagai sumber berita menyebutkan bahwa penjualan
alat kontrasepsi baik kondom atau yang lain meningkat tajam dari tahun ke tahun
menjelang perayaan malam tahun baru. Miris, kenyataan yang memperihatinkan,
inikah moral bangsa kita, dimana susila dan dimana ajaran agama? Bila anda
seorang muslim
atau
muslimah tidakkan takut dengan ancaman Allah Subhanahuwata’ala , Nabi shallahu
alaihi asallam bersabda
إذا ظهر الزنا و الربافي قرية فقد أحلوا بأنفسهم عذاب الله
”Tidaklah nampak pada sebuah daerah zina dan riba
melainkan mereka telah menghalalkan adzab Allah untuk diri mereka” [Hasan, HR
Abu Ya’la, al Hakim dan dihasankan oleh Asy Syaikh al Albani]
Juga, …
لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الأوجاع
التيلم تكن في أسلافهم
“Tidaklah tampak pada suatu kaumpun perbuatan keji
(zina, homoseks) sehingga mereka menampakkannya melainkan akan menyebar
ditengah-tengah mereka penyakit-penyakit yang tidak pernah ada pada umat
sebelumnya” [Shahih, HR al Baihaqi, disahihkan oleh Asy Syaikh al Albani]
Saudaraku muslim…Saudariku muslimah…Masihkan anda
akan menodai diri anda….
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah Subhanahuwata’ala dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya (Yahudi dan
Nashrani), kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang
fasik.[QS :al Hadid:16]
Ingat, liang lahat menunggu kita semua…
Wassalamu alaikum…
http://salafy.or.id/blog/2013/12/26/sebuah-renungan-perayaan-tahun-baru-2/
Renungan Akhir Tahun
Setelah kemarin (01 Jan 2014) sebagian manusia seluruh dunia bersuka-cita, hasil atau nilai apa yg di dapat setelah ; begadang, tiup trompet, ketawa-ketiwi, berangin-angin, berfoya-foya, bernyanyi-nyanyi, dsb.
mungkin secara umum hasilnya ; bangun kesiangan, pegal-pegal, lemas, masuk angin, mata merah, panas dingin, dsb.
Andai saja hasilnya akan seperti ini ; pahala menanti, dihapuskan dosa, menjadi lebih sholeh, tambah berbakti kepada kedua orangtua, rajin sholat berjamaah di masjid ......
Semoga itu hasil yang harus kita dapat setiap hari
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdas,
mereka menolak dunia dan takut akan fitnahnya.
Mereka melihat apa yang ada di dalamnya, ketika mereka tahu,
bahwa tidak ada tempat bagi orang yang hidup di dalamnya.
Mereka menjadikannya sebagai gelombang, dan menjadikan amal sebagai kapal.
'Abdullah bin Tsa'labah berkata dalam nasihatnya, “Tertawalah engkau, barangkali kain kafan untukmu telah ada di tangan tukang potong kain!!”[Al-'Aaqibah, hal. 88]
Subscribe to:
Posts (Atom)