Kekeliruan Buku Pendidikan (4): Membiarkan Anak
"Bermain"
BERKATA asy-Syaikh
Muhammad Al-Imam hafizhahullah ta’ala,
“Usia atau masa remaja
(muda) adalah usia yang penuh dengan kekuatan, Allah Ta’ala berfirman, 'Allah yang menciptakan kalian dalam kelemahan
kemudian menjadikan setelah kelemahan itu kekuatan.'"
Demikianlah masa muda itu, begitu pentingnya
merawat usia sehingga menjadikan usia itu berberkah.
Coba kita tanyakan usia kita saat ini, sudah
apa prestasi kita? Adakah andil kita dalam agama ini? Anggaplah usia kita ialah 22, sudah melakukan
apa? Menganggur, malas menuntut ilmu, buang-buang waktu?
Astagfirulloh hal adzim...
Coba mari kita tengok,
membaca, usia-usia para orang sholeh di atas keimanan dan bagaimana prestasi
mereka.
·
Syafi'i dan Imam ath-Thobari sudah menghafal al-Qur'an.
·
Usia 8 tahun, Imam as-Suyuti sudah menghafal al-Qur'an.
·
Usia 9 tahun, Ibnu Hazm sudah menghafal al-Qur'an.
·
Usia 10 tahun, Imam Ibnu Qudamah sudah menghafal Qur'an.
·
Usia 14 tahun, Muhammad al-Fatih rohimahulloh sudah menjadi walikota.
·
Usia 15 tahun, Ibnu Abbas rodiyallohu anhu sudah menjadi staf ahli
negara.
·
Usia 15 tahun, Imam asy-Syafi'i sudah menjadi muftih (komisi fatwa).
·
Usia 18 tahun, Usamah bin Zaid rodiyallohu anhu sudah menjadi panglima perang
melawan Romawi.
·
Usia 18 tahun, Muhammad bin al-Qosim rohimahulloh menaklukkan wilayah Pakistan.
·
Usia 21 tahun, Imam Nawawi menghafal menghafal At-Tanbih, 114 Ibadat
(sekitar seperempat) dari kitab Al-Muhadzdzab,
·
Usia 22 tahun, Muhammad al-Fatih rohimahulloh sudah menjadi sulton di
Konstantinopel (Eropa).
·
Usia 22 tahun, Harun ar-Rosyid rohimahulloh sudah menjadi khalifah.
·
Usia 23 tahun, Umar bib Abdul Aziz rohimahulloh sudah menjadi gubernur
di Madinah.
Usia 24 tahun, Yazid bin
Allohu akbar!
Inilah output
pendidikan Islam. Mereka mendapatkan taufiq dalam menyalurkan kekuatannya dalam
ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka ini merupakan taufiq yang hanya diberikan
oleh Allah Ta’ala secara khusus kepada yang Dia kehendaki.
Bandingkan usia-usia
kita dan anak-anak sekarang dengan usia anak-anak di era salaf. Jauh! Anak-anak
sekarang malah memboroskan waktunya pada hal yang tidak bermanfaat. Sibuk
dengan bermain, apapun varianya, main bolakah, main game kah, dll.
Ini teguran buat kita,
baik bagi para orangtua, atau diri kita sendiri, bahwa ini persoalan serius.
Bukan main-main! Sibukkanlah diri dengan ilmu dan menghindari hal-hal yang
sia-sia.
Inilah biografi An
Nawawi di usia kecil, sebagaimana yang dituturkan langsung oleh gurunya An
Nawawi; Syekh Yasin bin Yusuf Az Zarkasyi,
“Aku melihat Muhyiddin
An Nawawi saat berusia 10 tahun di Nawa. Anak anak kecil lainnya memaksanya
bermain bersama mereka. Dia lari menjauhi mereka sambil menangis karena tidak
suka dipaksa. Dia kemudian membaca Al Quran pada situasi seperti itu. Tumbuhlah
rasa cintaku padanya. Ayahnya meletakkannya di tokonya. Tapi Al Qurannya tidak
tersita oleh kesibukan jual beli.
Maka aku pun mendatangi
guru yang mengajarinya Al Quran dan aku berpesan padanya: Anak kecil ini
diharapkan kelak menjadi orang paling berilmu di zamannya, paling zuhud dan
bermanfaat bagi manusia. Dia berkata kepadaku: Apakah kamu peramal? Aku jawab:
Bukan, tetapi Allah lah yang membuatku bicara seperti itu.
Gurunya itu pun
mendatangi orangtuanya (An Nawawi). Dan ia mendorongnya dengan penuh semangat
sampai (An Nawawi) hafal seluruh Al Quran menjelang usia baligh.
(Thabaqat Asy Syafi’iyyah , As Subki) Subhanalloh!
(Thabaqat Asy Syafi’iyyah , As Subki) Subhanalloh!
Bandingkan sekarang
dengan ucapan, "kegiatan anak bermain sangat bagus untuk memancing
kreativitas dan imajinasinya," ini ucapan berbahaya jika tak dijabarkan
secara meluas. Lihatlah Imam Nawawi rohimahulloh, beliau malah menghindari
bermain karena sibuk belajar.
Memang bermain tidak
terlarang, tetapi jangan kerjanya hanya bermain terus.
Manakala ada anak yang
tidak suka dengan dunia permainan. Lebih gemar duduk bersama ilmu dan ahli
ilmu. Sudah mapan dan siap menelaah kitab kitab besar sekalipun. Seharusnya
segera diarahkan dan dibimbing untuk meraih kebesarannya di usia lebih awal.
Jangan justru
ditakut-takuti dengan berbagai kalimat yang memaksa mereka untuk bermain yang
sebenarnya tidak ia sukai. Dan memaksa mereka untuk menyapih kegemarannya duduk
bersama ilmu dan ahli ilmu. Ingat-ingat usia anak kita sekarang, bandingkan
dengan usia orang hebat di atas.
Semoga Alloh subhanahu
wa ta'ala memberi taufik kepada kita semua....[] (Abu Hanin)
-Tanwirussunnah, 2 Sya'ban 1435 H
Sumber
: https://www.facebook.com/nobaden/posts/10202082821660595
No comments:
Post a Comment