Friday, June 13, 2014

MEMBIARKAN ANAK "BERMAIN"

Kekeliruan Buku Pendidikan (4): Membiarkan Anak "Bermain"

BERKATA asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah ta’ala,
“Usia atau masa remaja (muda) adalah usia yang penuh dengan kekuatan, Allah Ta’ala berfirman,  'Allah yang menciptakan kalian dalam kelemahan kemudian menjadikan setelah kelemahan itu kekuatan.'"
 Demikianlah masa muda itu, begitu pentingnya merawat usia sehingga menjadikan usia itu berberkah.
 Coba kita tanyakan usia kita saat ini, sudah apa prestasi kita? Adakah andil kita dalam agama ini?  Anggaplah usia kita ialah 22, sudah melakukan apa? Menganggur, malas menuntut ilmu, buang-buang waktu?
Astagfirulloh hal adzim...
Coba mari kita tengok, membaca, usia-usia para orang sholeh di atas keimanan dan bagaimana prestasi mereka.
·         Syafi'i dan Imam ath-Thobari sudah menghafal al-Qur'an.
·         Usia 8 tahun, Imam as-Suyuti sudah menghafal al-Qur'an.
·         Usia 9 tahun, Ibnu Hazm sudah menghafal al-Qur'an.
·         Usia 10 tahun, Imam Ibnu Qudamah sudah menghafal Qur'an.
·         Usia 14 tahun, Muhammad al-Fatih rohimahulloh sudah menjadi walikota.
·         Usia 15 tahun, Ibnu Abbas rodiyallohu anhu sudah menjadi staf ahli negara.
·         Usia 15 tahun, Imam asy-Syafi'i sudah menjadi muftih (komisi fatwa).
·         Usia 18 tahun, Usamah bin Zaid rodiyallohu anhu sudah menjadi panglima perang melawan Romawi.
·         Usia 18 tahun, Muhammad bin al-Qosim rohimahulloh menaklukkan wilayah Pakistan.
·         Usia 21 tahun, Imam Nawawi menghafal menghafal At-Tanbih, 114 Ibadat (sekitar seperempat) dari kitab Al-Muhadzdzab,
·         Usia 22 tahun, Muhammad al-Fatih rohimahulloh sudah menjadi sulton di Konstantinopel (Eropa).
·         Usia 22 tahun, Harun ar-Rosyid rohimahulloh sudah menjadi khalifah.
·         Usia 23 tahun, Umar bib Abdul Aziz rohimahulloh sudah menjadi gubernur di Madinah.
Usia 24 tahun, Yazid bin
Allohu akbar!
Inilah output pendidikan Islam. Mereka mendapatkan taufiq dalam menyalurkan kekuatannya dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka ini merupakan taufiq yang hanya diberikan oleh Allah Ta’ala secara khusus kepada yang Dia kehendaki.
Bandingkan usia-usia kita dan anak-anak sekarang dengan usia anak-anak di era salaf. Jauh! Anak-anak sekarang malah memboroskan waktunya pada hal yang tidak bermanfaat. Sibuk dengan bermain, apapun varianya, main bolakah, main game kah, dll.
Ini teguran buat kita, baik bagi para orangtua, atau diri kita sendiri, bahwa ini persoalan serius. Bukan main-main! Sibukkanlah diri dengan ilmu dan menghindari hal-hal yang sia-sia.
Inilah biografi An Nawawi di usia kecil, sebagaimana yang dituturkan langsung oleh gurunya An Nawawi; Syekh Yasin bin Yusuf Az Zarkasyi,
“Aku melihat Muhyiddin An Nawawi saat berusia 10 tahun di Nawa. Anak anak kecil lainnya memaksanya bermain bersama mereka. Dia lari menjauhi mereka sambil menangis karena tidak suka dipaksa. Dia kemudian membaca Al Quran pada situasi seperti itu. Tumbuhlah rasa cintaku padanya. Ayahnya meletakkannya di tokonya. Tapi Al Qurannya tidak tersita oleh kesibukan jual beli.
Maka aku pun mendatangi guru yang mengajarinya Al Quran dan aku berpesan padanya: Anak kecil ini diharapkan kelak menjadi orang paling berilmu di zamannya, paling zuhud dan bermanfaat bagi manusia. Dia berkata kepadaku: Apakah kamu peramal? Aku jawab: Bukan, tetapi Allah lah yang membuatku bicara seperti itu.
Gurunya itu pun mendatangi orangtuanya (An Nawawi). Dan ia mendorongnya dengan penuh semangat sampai (An Nawawi) hafal seluruh Al Quran menjelang usia baligh.
 (Thabaqat Asy Syafi’iyyah , As Subki)  Subhanalloh!
Bandingkan sekarang dengan ucapan, "kegiatan anak bermain sangat bagus untuk memancing kreativitas dan imajinasinya," ini ucapan berbahaya jika tak dijabarkan secara meluas. Lihatlah Imam Nawawi rohimahulloh, beliau malah menghindari bermain karena sibuk belajar.
Memang bermain tidak terlarang, tetapi jangan kerjanya hanya bermain terus.
Manakala ada anak yang tidak suka dengan dunia permainan. Lebih gemar duduk bersama ilmu dan ahli ilmu. Sudah mapan dan siap menelaah kitab kitab besar sekalipun. Seharusnya segera diarahkan dan dibimbing untuk meraih kebesarannya di usia lebih awal.
Jangan justru ditakut-takuti dengan berbagai kalimat yang memaksa mereka untuk bermain yang sebenarnya tidak ia sukai. Dan memaksa mereka untuk menyapih kegemarannya duduk bersama ilmu dan ahli ilmu. Ingat-ingat usia anak kita sekarang, bandingkan dengan usia orang hebat di atas.
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala memberi taufik kepada kita semua....[]  (Abu Hanin)
-Tanwirussunnah, 2 Sya'ban 1435 H

Sumber : https://www.facebook.com/nobaden/posts/10202082821660595

No comments:

Post a Comment