Monday, June 16, 2014

SETIAP ANAK "CERDAS" (MULTIPLE INTELLIGENCES)


Kekeliruan Buku Pendidikan (6): Setiap Anak "Cerdas" (Multiple Intelligences)

     Dalam buku Sekolahnya Manusia, hal. xxii, Munif Chatib berkata, "... saya menjelaskan teori multiple intelligences yang dikembangkan oleh Howard Gardner sebagai landasan teori."
Dalam artikel "Apa Itu Multiple Intelligences (MI)?" dituliskan, "Kecerdasan yang dijelaskan Gardner yaitu:
1. Verbal-linguistik
Berkaitan dengan kata-kata, lisan atau tertulis. Orang-orang yang ahli dalam area ini umumnya bagus dalam menulis, orasi dan cenderung belajar dari metode ceramah. Mereka juga cenderung memiliki kosa kata yang luas serta belajar bahasa dengan mudah.
2. Logis-matematis
Berkaitan dengan angka dan logika.Mereka yang cenderung memiliki kecerdasan ini umumnya unggul dalam matematika dan pemrograman komputer. Karir kemungkinan melibatkan sains dan pemrograman komputer.
3. Visual-spasial
Berkaitan dengan gambar dan ruang. Orang-orang pada kelompok ini umumnya memiliki koordinasi penglihatan yang tinggi, dapat menafsirkan seni dengan baik. Orang orang seperti ini biasanya artis, pekerja tangan dan insinyur.
4. Kinestetik-jasmani
Berkaitan dengan koordinasi otot, gerakan dan melakukan sesuatu. Pada kategori ini, umumnya orang yang mahir dalam olah raga dan tari, bekerja lebih baik ketika bergerak. Sebagai tambahan, mereka belajar lebih baik dengan melakukan sesuatu dan berinteraksi secara fisik. Kebanyakan penari, pesenam dan atlet berada pada kategori ini.
5. Musikal
Berkaitan dengan pendengaran. Mereka yang baik dalam kecerdasan ini cenderung menyanyi dan memiliki pola titinada yang lebih baik, serta lebih menyukai musik. Musik juga membantu mereka yang berada pada kategori ini bekerja lebih baik, selain itu belajar cenderung lebih menyerap jika melalui ceramah.
6. Interpersonal
Berkaitan dengan interaksi dengan yang lain. Orang-orang yang termasuk kategori ini biasanya ekstrovert dan baik dengan orang-orang. Mereka bisa bersifat karismatik, meyakinkan dan diplomatis. Mereka cenderung belajar lebih baik dalam kelompok, misalnya dalam diskusi.
7. Intrapersonal
Berkaitan dengan diri sendiri. Orang- orang yang termasuk kategori ini seringkali introvert dan memiliki filosofi yang sangat rumit. Mereka seringkali berakhir dalam karir keagamaan atau psikologi dan suka menyendiri.
8. Naturalis
Berkaitan dengan alam. Orang-orang pada kategori ini tidak hanya baik dengan kehidupan tapi juga dengan berbagai fungsi dan mekanisme di belakangnya; bahkan kebanyak orang dalam kategori ini mengklaim merasakan kekuatan kehidupan dan energi. Pada area ini biasanya ahli biologi atau lingkungan."
Inilah konsep yang beberapa tahun terahir ini, jagad pendidikan diramaikan oleh teori pendidikan yang mula-mula dicetuskan oleh Howard Gardner. Teori tersebut adalah teori Multiple Intelligences.
Teori ini berpendapat bahwa manusia memiliki kecerdasan majemuk. Kecerdasan-kecerdasn itu antara lain: kecerdasan musikal, kinestetik, logis- matematis, linguistik, spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.

Benarkan demikian?
Kita sebagai seorang muslim, harus mengetahui, Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."  (QS. Al Hujuraat [49]:6 )
Kriteria orang fasik, bisa saja ini seorang muslim, maka beritanya tetap dicek kebenarannya. Apalagi seorang non muslim, maka seharusnya kita lebih komprehensif lagi dalam mengecek kebenarannya.
Kalau begitu, mari kita "kupas" teori ini. Yang mana, kita mengaggap teori ini merupakan "evolusi" dari sistem pendidikan kita selama ini.
Teori ini muncul ada tahun 1965, oleh Howard Gardner. Ia menyatakan bahwa setiap orang memiliki semua komponen (spectrum) kecerdasan, memiliki sejumlah kecerdasan yang tergabung yang kemudian secara personal menggunakannya dalam cara yang khusus. (Teaching and Learning through Multiple Intelligences, Massachusetts: Allyn and bacon, 1996, Hal.XV
Berkata Alamsyah Said, S.Pd., M.Si.,
"... membaca buku “Intelligence Reframed” karya Howard Gardner. Apa yang ada dibenak saya seolah terbukti, bahwa acuan dan landasan pemikiran teori multiple intelligences Howard Gardner mengacu pada teori evolusi Darwin. Acuan ini semakin menguat ketika referensi tokoh yang ditampilkan Gardner berlatar belakang Anglo-Katolik-Yahudi-Ortodoks, Kristen, Hindu dan Atheis."
Astagfirulloh! Ini merupakan ancaman buat kita, bahwa ternyata teori ini dibangun bukan di atas agama Islam, bukan dari al-Qur'an dan as-Sunnah.
Maka betul apa yang sempat dikatakan oleh seorang pendidik,
"Pintu terbesar yang paling mudah dimasuk oleh Yahudi adalah 2. Yaitu dunia psikologi dan dunia pendidikan."
Maka mari kita waspadai teori MI ini.
Buku 'Frames of Mind' yang ditulis Howard Gardner pada 1983 kemudian mengedepankan tujuh representasi mental berlandaskan teori psikologi perkembangan Charles Darwin. Dari tujuh representasi mental tersebut, Gardner memunculkan tujuh klasifikasi “kecerdasan” yang independen dan terbagi. Singkatnya, evolusi adalah password “ilmiah” yang digunakan Howard Gardner dalam penekanan teori multiple intelligences.
Dan jawaban tentang teori evolusi Darwin ini, telah disampaikan oleh asy-Syaikh Muhammad bin Saleh Al Utsaimin rahimahullah,
“Ucapan ini tidak benar, bahwa asal muasal manusia adalah monyet (teori evolusi). Dan meyakininya adalah kekafiran karena merupakan tindakan mendustakan Al-Qur`an. Hal itu karena Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa asal penciptaan manusia adalah dari tanah, dengan diciptakannya Adam alaihissalam sebagai nenek moyangnya manusia. Kemudian Allah Ta’ala menjadikan (baca: menciptakan) anak keturunannya (Adam) dari air yang hina (sperma).
Sementara monyet yang kita kenal adalah jenis lain dari makhluk (Allah). Dia adalah makhluk yang diciptakan sudah demikian asalnya, Allah Tabaraka wa Ta’ala menciptakannya dengan sifat seperti itu. Sama seperti keledai, anjing, baghal, kuda, onta, sapi, kambing, rusa, ayam, dan selainnya.
Karenanya tidak boleh ada seorangpun, bahkan tidak boleh bagi negara Islam yang menyandarkan dirinya kepada Islam untuk menjadikan hal ini sebagai kurikulum dalam sekolah-sekolah mereka. Bahkan wajib atas (pemerintah) negara tersebut untuk menghilangkan ilmu ini dari sekolah sekolah mereka. Karena jika siswa tumbuh dengan keyakinan seperti ini sejak kecilnya, maka dia akan sulit untuk terlepas darinya. Bahkan saya menilai tidak bolehnya untuk mengajarkan hal ini di sekolah-sekolah walaupun itu dalam rangka untuk membantah dan menyanggahnya. Akan tetapi ilmu ini dibantah tanpa harus diajarkan di sekolah-sekolah. Karena meletakkan sesuatu lalu berusaha untuk mencabutnya akan menimbulkan mafsadat. Akan tetapi tidak meletakkannya (baca: mengajarkannya) dari awal sama sekali itu lebih baik daripada meletakkannya kemudian baru dicabut (baca: dibantah) dan disanggah.”  [Kaset Nur Ala Ad-Darb no. 55]
Inilah keruntuhan teori Darwin.
Pertanyaannya, mengapa teori multiple intelligences masih bertahan? Alamsyah Said menjawab, "Howard Gardner tidak sendirian, ia mendapat legitimited dari para kolega ilmuwan Anglo-Katolik-Yahudi Ortodoks, Kristen, Hindu dan Atheis memberikan dukungan akademik (intelektual-moralis) terhadap kebenaran teori evolusi Darwin."
Maka dari itu, kita tak boleh latah dengan teori MI (Multiple Intelligences) ini.
Bahkan Adi Guritno berkata dalam artikel 'Kritik Terhadap Teori Multiple Intelligences Howard Gardner',
"Belum ada tes yang mampu mencakup serangkaian instrumen untuk mengukur kecerdasan itu secara absolut."
Coba kita melangkah, lihat kecerdasan musikal, apakah ini dibenarkan dalam Islam? Mungkinkah Alloh menciptakan manusia dengan kecerdasan musikal? Sementara Alloh dan Rosul-Nya mengharamkan musik!
Allah Ta’ala berfirman, “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna sehingga dia menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan.” (QS. Luqman: 6)
Abdullah bin Mas’ud berkata menafsirkan ‘perkataan yang tidak berguna’, “Dia -demi Allah- adalah nyanyian.”
Demikianlah kekeliruan MI ini.
Kalau kita mau jujur secara akademik terhadap fakta-fakta sejarah kehidupan, maka kita akan sepakat, bahwa jauh sebelum legitimasi akademik Howard Gardner, para salaf telah menunjukkan bukti "multiple" kecerdasan. Mari kita tengok Sahabat Rasulullah Muhammad, Salman Al-Farisi rodiyallohu anhu memberikan solusi terhadap problem pengepungan Quraisy dengan pengenalan peta wilayah yang sangat baik. Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang menyerang Romawi di usia 22 tahun. Dan lain sebagainya.
Pertanyaannya adalah, "Apakah dengan kecerdasan itu mereka diciptakan?"
Bukan!
Cobalah kita membuka lembaran lembaran Al Qur’an dan kita jumpai pada surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,           “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. ” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Abdurrahman As Sa’di dalam tafsir beliau mengatakan, “Inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia dan Allah mengutus seluruh para rasul untuk menyeru menuju tujuan ini yaitu ibadah yang mencakup di dalamnya pengetahuan tentang Allah dan mencintai-Nya, bertaubat kepada-Nya, menghadap dengan segala yang dimilikinya kepada Nya dan berpaling dari selain-Nya.”
Dari sini, kita katakan bahwa orang-orang yang diberikan kecerdasan senantiasa mengalokasikannya untuk peribadahan kepada Alloh semata. Bertauhid! Jauh dari syirik! Sehingga hidup dan matinya hanya untuk Alloh subhanahu wa ta'ala.
Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan,
“Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata,
‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’
Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka. ’
‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi.
Beliau menjawab:
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas. ” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)
Inilah hakikat dari "kecerdasan", yakni menambah keimanan kepada Alloh subhanahu wa ta'ala dan agar kita mempersiapkan bekal menuju akhirat.
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala memberi taufik kepada kita semua....[]

--Bontote'ne, 4 Sya'ban 1435 H

https://www.facebook.com/nobaden/posts/10202093897497484

No comments:

Post a Comment